Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Ujungberung Pusat Seni Budaya

Pemerintah Kota Bandung telah menyediakan lahan seluas 6 Ha dari rencana 10 Ha di kawasan Bandung Timur, tepatnya di Ujungberung. Mengapa pilihan Pemerintah Kota tertuju ke Ujungberung? Sebenarnya banyak faktor. Tetapi yang pasti, masyarakat Ujungberung sangat perhatian terhadap seni budaya tradisi. Mereka terus memerlihara seni budaya tradisi ini. Perkara jaman, tidak menggoyahkan mereka. Mereka tetap pengkuh alias kukuh dalam memelihara seni budaya tradisi yang tidak ternilai. Jaman boleh berkembang, tetapi seni tradisi harus tetap lestari dan kokoh. Jangan goyah atau runtuh.

Kepengkuhan masyarakat di sana terhadap seni tradisi, mendapat apresiasi dari para seniman, budayawan atau pejabat publik. Mereka mengacungkan jempol. Sebab, pewaris seni budaya di Ujungberung ikut melestarikannya dengan mendirikan perkumpulan seni. Mereka inilah yang tetap memelihara nilai-nilai seni budaya tradisi ini.

Seni budaya tradisi yang berkembang di Ujungberung sangat berbeda dengan seni tradisi yang berkembang di Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Barat. Di Ujungberung sangat kaya dengan seni tradisi. Di Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Barat paling hanya dua atau tiga jenis kesenian saja. Sedangkan di Ujungberung, lebih dari 20 jenis kesenian yang langka.

Jika di Kabupaten/Kota lainnya di Jawa Barat seni berkembang karena ada aliran dana, tetapi di Ujungberung justru masyarakatlah yang memeliharanya. Jika masyarakat ada niat hajatan/selametan, mereka sudah lama memesan seni budaya tradisi yang diinginkannya. Jadi masyarakatlah sebagai sumber ekonominya.
Penggiat-penggiat dan pelaku-pelaku seni tradisi di Ujungberung terus berkiprah dalam kesehariannya. Walau mereka telah menguasai teknik-teknik seni-seni tradisi, tetapi latihan tetap dilaksanakan. Tidak ada istilah aliran dana. Mereka menciptakan keekonomiannya agar seni budaya tradisi tetap terpelihara.

Seni budaya tradisi yang hidup di Ujungberung di antaranya seni barongsay, seni lais, seni benjang, jampana, kuda lumping dan semuanya masih tetap lestari serta dipelihara oleh masyarakat hingga saat ini. Padahal, usia seni-seni tradisi ada yang sudah lebih 50 tahun bahkan ada yang sudah satu abad.

Pewaris-pewaris seni budaya tradisi itu, umumnya masih muda-muda-muda tetapi mereka percaya diri. Tidak tergoyahkan oleh perkembangan seni budaya modern. Seni budaya asing pun yang kini “merajalela” merasuki generasi muda, tidak membuat kecil hati para pewarisnya. Mengenai seni budaya modern itu, hanya gebragan saja. Sesudah itu hilang tanpa karana

Post a Comment for "Ujungberung Pusat Seni Budaya"