Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Makan di Luar Rumah? Boleh Juga

Kehidupan alam modern yang serba cepat dan instant ternyata tidak selamanya membuat manusia betah. Suatu saat kadang manusia merasa jenuh dengan apa yang dijalani saat ini. Di satu sisi pula manusia merasakan rindu yang luar biasa dengan hal-hal yang terjadi di masa lampau.

Seperti halnya dengan kebiasaan makan. Jika diperhatikan dengan seksama, makan ternyata bukan sekedar aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup di kala perut terasa lapar saja. Perut kenyang bukan akhir dari aktivitas makan, tetapi ada keinginan lain yang didapat dari kegiatan rutin tersebut. Terbayang jika kita dapat mengatakan makanan yang disantap itu nikmat, sementara batin pun merasakan indahnya suasana tempat makan. Keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan membentuk kepuasan secara utuh.

Masyarakat perkotaan seperti Bandung yang sudah bergaya hidup serba cepat memungkinkan jarangnya mereka menikmati aktivitas makan. Jam istirahat yang singkat akhirnya memaksa mereka memilih tempat makan yang menyajikan sajian cepat (fast food). Sementara kenikmatan yang sebenarnya sudah mulai tidak mereka dapatkan lagi. Tak heran jika weekend tiba mereka menyempatkan diri bersama keluarga untuk botram meski di rumah sendiri, yang penting bisa ngariung balakecrakan.

Kedekatan dengan keluarga dan keharmonisan dengan alam saat menikmati acara makan sudah menjadi tren beberapa tahun ini di Bandung. Beberapa rumah makan atau resto menata setting mereka lebih dekat dan akrab. Yang paling populer saat ini adalah restoran yang menampilkan nuansa etnik tradisional dengan ornament dan pernak-pernik daerah. Tak ketinggalan beberapa saung (gazebo) selalu tersedia dengan konsep makan lesehan atau duduk tanpa kursi. Ini mensyaratkan proyeksi dari kebutuhan masyarakat yang rindu akan sesuatu yang alami dan tradisional atau dengan istilah back to nature.

Kehidupan dan pola makan masyarakat Sunda jaman baheula sempat menjadi ide bagi para pengusaha kuliner. Mereka tak segan-segan mengadopsi beberapa bagian dari kehidupan alam Parahyangan jaman dulu. Mulai dari menu yang dihidangkan berpatokan pada citarasa Sunda, hingga tempat yang ditata layaknya rumah adat dan alam Pasundan.
Hampir semua orang pasti menginginkan bisa makan di rumah bersama keluarga setiap saat. Namun kesibukan pula yang lalu membatasi mereka untuk dapat memasak di rumah dengan menu andalan keluarga. Namun saat ini masyarakat Bandung tidak pernah khawatir dengan kondisi yang demikian. Pasalnya begitu banyak tempat makan yang menawarkan menu rumah dengan konsep mirip makan di rumah sendiri. Benyak masyarakat Bandung kini terbiasa makan di luar rumah dengan berkunjung ke restoran atau café yang tidak jauh dari rumah.

Seperti yang diungkapkan Edwin Darwin, seorang karyawan swasta ini selalu membawa keluarganya makan malam di salah satu café di Bandung. “Paling tiap malam minggu saja saya ajak keluarga ke sini atau paling tidak saya ajak mereka keliling dua hari sekali untuk makan malam,” tuturnya.

Alasan Edwin melakukan hal tersebut, karena kesibukannya sehingga jarang bisa makan dengan keluarga. Edwin mengatakan, kalau café/resto di Bandung harganya tidak terlalu mahal, masih sebanding dengan jika kita masak di rumah sendiri. Makan di luar rumah dengan keluarga dan orang-orang terdekat sudah menjadi hal biasa yang dilakukan masyarakat Kota Bandung. Terlebih menu masakan Kota Bandung yang enak dan variatif serta suasana alam Bandung yang menjanjikan kenyamanan dan keindahan, menjadi alasan munculnya gaya hidup baru di masyarakat

Post a Comment for "Makan di Luar Rumah? Boleh Juga"